Panorama Alami Air Terjun Perigi



 Air terjun Perigi atau Cughub Perigi, memang tidak setenar lokasi wisata alam lainnya di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Berada di tengah-tengah kebun karet milik warga. Meski sejak dulu sudah ada, namun baru satu tahun terakhir mulai ramai dikunjungi warga. Warga sekitar dan masyarakat Kabupaten Lahat mengenalnya dengan Air Terjun Perigi karena lokasinya yang tak jauh dari Desa Perigi.


Saya dan dua sahabat saya memang kebetulan sedang diminta meliput potensi wisata untuk mengisi halaman Majalah Serelo, majalahnya Pemkab Lahat. Kami pun sempat bertamu ke rumah Kades Perigi.
“Baru satu tahun terakhir, air terjun Perigi mulai ramai didatangi masyarakat.  Sebenarnya air terjun itu lokasinya di Desa Tanjung Sirih, namun karena lebih dekat dengan Desa Perigi, masyarakat lebih mengenalnya dengan Air Terjun Perigi,” kata Dawin, Kades Perigi.
Untuk mencapai Desa Perigi, lebih kurang memakan waktu 15 menit dari pusat Kota Lahat. Biasanya masyarakat setempat menggunakan kendaraan roda dua (motor) yang dititipkan di Desa Lubuk Sepang.  Desa Perigi sendiri berada di seberang Desa Lubuk Sepang, menyeberangi Sungai Lematang dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki setelah melewati jembatan gantung sepanjang lebih kurang 100 meter. 
Di ujung jembatan gantung ini sudah menunggu anak-anak Desa Perigi berumur belasan tahun untuk menarik pungutan Rp 1000,-. Tentu saja mereka tak mau pungutan itu disebut pungli.
Kami tidak memaksa. Tapi banyak yang cuma lewat saja. Padahal itu kami kumpulkan untuk membantu perawatan jembatan gantung,” ujar Rian, salah seorang anak Desa Perigi yang setiap hari, sepulang sekolah ‘nongkrong’ di ujung jembatan. Rian kemudian menunjukkan beberapa buah papan pijakan di jembatan gantung yang sudah patah dan bolong.
Ada dua jalan yang bisa di lalui untuk sampai ke Air Terjun Perigi. Pertama, bisa  melewati jalan setapak naik turun, menerobos kebun karet. Jalan itu yang biasa dilalui warga setempat pulang pergi ke kebun mereka. Kedua, dari jembatan gantung ada jalan turun dan menyisiri Sungai Lematang. Tentu saja jalan ini hanya bisa dilalui jika Sungai Lematang sedang surut. Jalan kaki ini memakan waktu lebih kurang 20 menit.
Di depan kebun karet tempat Air Terjun Perigi berada, juga sudah menunggu anak-anak seumuran anak-anak di ujung jembatan gantung, menarik pungutan. Alasannya, untuk membantu memperbaiki akses jalan menuju Air Terjun Perigi. Pun hanya Rp 1000-,.
Akses menuju lokasi Air Terjun Perigi memang perlu sedikit perjuangan. Harus berjalan melewati jembatan gantung, melalui jalan setapak yang naik turun. Namun ketika sampai di sana, menikmati panorama alaminya, memandang jernihnya air yang mengalir di sana, terbayar sudah perjalanan melelahkan itu. Belum lagi jika bersedia memanjakan tubuh di dinginnya Air Terjun Perigi. Serasa sempurna perjuangan itu.
Air Terjun Perigi memang tidak begitu tinggi, ada tiga tingkat bebatuan. Namun pemandangan alami di sekeliling air terjun menutup kekurangan itu, pohon-pohon karet yang berjejer rapi dan tak banyak ditumbuhi semak belukar menyiratkan bahwa kebun  ini dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Menjadikan lokasi Air Terjun Perigi tempat yang tepat membuang penat.
Menurut beberapa warga Desa Perigi yang sempat berbincang-bincang dengan kami, sebenarnya ada beberapa buah air terjun lagi yang berada di atas Air Terjun Perigi. Kata mereka, panoramanya lebih menarik dan lebih alami dari Air Terjun Perigi. Namun aksesnya yang terlalu sulit, maka kini baru Air Terjun Perigi yang ramai dikunjungi.
Warga berharap, jika pun nantinya pemerintah ingin serius menggarap Air Terjun Perigi sebagai salah satu lokasi wisata alam di daerah Lahat, sebisa mungkin tidak menghilangkan kesan alaminya. Sebab menurut mereka, kealamian itu justru bisa menjadi daya tarik para wisatawan.
Sebelum tenar (dan mudah-mudahan tidak lantas tercemar). Saya sarankan manjakan diri dengan panorama alami Air Terjun Perigi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

JEJAK PENYAIR