Baju Pengobat Rindu


Ini sudah jam 1.30 malam. Demi mendengar Istriku mau pulang, mataku belum juga terpejam. Nonton tipi acaranya sedang nggak oke banget. Sembari menunggu waktunya mata ngantuk, saya nulis-nulis di blog saja. Ini dia kisahnya.
Sepi, ngelangut, dan serba salah. Begitulah kira-kira perasaan hati, sehari setelah istri pergi pelatihan ke Jakarta, kemarin Rabu 27 Juni 2012. Bakal masak sendiri, nyuci baju sendiri, nyetrika baju sendiri, tidur juga sendiri. Selanjutnya, makan yang biasanya teratur bakal berantakan. Sangat mungkin kembali ke selera asal. Masak Mie instan!
Tidak tahu kenapa, saya kemudian jadi suka lagunya Bondan, hari-hari yang kan ku hadapi kini semua kan terasa sunyi....dst. Padahal itu lagu sudah ada  di memori lama banget, dan jarang kudengar, tapi tiap kali mutar Mp3 lagu itu mulu yang saya putar. Bagi Anda-anda yang belum menikah tentu belum tahu rasanya. Perasaan yang ada ini lebih jauh, lebih dalam dari yang bisa saya lukiskan melalui kata-kata. Sumpah!
Saya mengantarnya ke bandara tepat sesaat sebelum pesawat berangkat, jadi tidak sempat cipika-cipiki. Selain itu, dua temannya juga sudah menunggu di sana. Malu juga sih, banyak manusia. Begitu pulang ke rumah sore harinya, serasa ada yang hilang. Rumah lengang, sepi dan serem. Malamnya susah tidur meski seharian berkativitas yang cukup menyedot energi. Kasak-kusuk di tempat tidur, berganti-ganti posisi, sambil baca buku dan aktivitas tempat tidur lainnya sudah saya coba, namun mata belum bisa terpejam.
Yang ini lagunya Rhoma Irama, malam ini ku tak dapat tidur/wajahmu menggoda selalu/aku ingin memandang wajahmu/agar reda rasa rinduku//. Saya pengin sekali istriku kemudian menjawab,aku pun begitu/tak lelap tidurku/sebelum memandang wajahmu//.
Tapi tidak mungkin. Istriku juga pasti sudah lelap, sebelumnya kami sempat sms an sebentar. Katanya badan terasa pegal-pegal. Yah, padahal pelatihan baru mau dimulai esok paginya. Good Night My Honey
Ketika bangun keesokannya, perasaan itu rindu, ngelangut, sepi dan sebagainya itu malah semakin menyesakkan dada. Demi mengusir semua itu, saya menjadi wartawan, liputan, pekerjaan sampingan saya lainnya. Sengaja saya pulang agak larut sore tujuannya tak lain supaya kangen saya sedikit terkikis. Beruntung malam harinya sahabat saya datang menemani sembari nonton piala eropa.
Beberapa hari berikutnya saya sibuk bantu sahabat saya jualan ayam ke Tempilang. Lumayan bisa menghibur hati yang sedang dilanda rindu setengah mati. Dalam hati saya berkata, “ Saya tidak akan ijinkan istri saya pergi lama-lama. “ Pusing juga Bro! Jangan tanya apa yang saya pusingkan, sebab saya sendiri juga tak tahu. Makan tak enak, tidur juga tak nyenyak. Yang jelas hari-hari yang saya lalui tak senyaman hari biasanya. Kata sahabat saya, “ Barangkali karena kalian belum punya momongan. Jadi rindunya belum terbagi,” katanya. Saya biarkan ia berkata demikian, sebab memang saya tak bisa menjawab apa-apa selain manggut-manggut.
Pada hari yang kesekian tidur dalam kesendirian saya teringat baju istri yang masih tergantung di balik pintu kamar. Saya ambil untuk menemani tidur. Bau keringatnya yang masih menempel itu ternyata ampuh sebagai pengobat rindu. Sejak malam itu dan malam-malam berikutnya tidurku pun nyenyak. Pada suatu hari nanti, saya berniat untuk menjadi produsen parfum private, parfum khusus untuk suami istri.  Bagi suami, parfum bau keringat istri, demikian juga sebaliknya.
Dua hari lagi istri saya baru pulang, itu istri saya tadi telpon. Rasanya tak sabar lagi saya menunggunya. “ Jangan kau buat hari-hariku seperti ini lagi, sayang.” Makin membuncah rindu itu menggedor-gedor dada. Wadawwwww!!!!
Catatan: maaf istriku, suamimu ini makan mie instan melulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR