Rhoma Irama dan Sandalku (Duet maut dalam bus antar kota)




Setelah menunggu lebih dari dua jam, akhirnya sebuah bis antar kota yang ku tunggu datang juga. Bis tiga perempat IMI ekonomi jurusan Palembang-Jambi  membawaku ke Palembang. Penumpang sudah penuh dan begitu sesak, aku tak dapat tempat duduk. “ Berdiri dulu , Mas. Di depan ada yang turun sebentar lagi,” kata kernet kepadaku. Aku paham itu bahasa khas kernet untuk mendinginkan hati penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Memang kulihat tak ada lagi tempat duduk kosong, bahkan untuk berdiri pun serasa susah. Anehnya, sang kernet tetap saja teriak-teriak memanggil calon penumpang.  


Ruang kosong di tengah bis, diantara tempat duduk penumpang, dari depan hingga ke belakang sudah penuh dengan deretan karung dan kotak kardus yang entah apa isinya. Dua buah jerigen besar yang berisi ikan tepat berada di samping kananku, bau amis yang ditimbulkannya membuat kepalaku pusing dan perut mual. Belum lagi ditambah dengan aroma keringat dan aroma-aroma lain yang beredar dalam bis. Sungguh membuatku tersiksa.
Inginnya hati turun segera, tapi demi mendengar suara rhoma irama yang diputar sopir membuatku mengurungkan niat untuk turun.

Aku harus kompromi dengan situasi, kataku dalam hati. Lantas kupejamkan mata sembari berdiri. Ku desain sedemikian rupa ruang hayalku seperti sedang berada di tengah-tengah pertunjukan Soneta. Ku tempatkan diriku pada posisi paling baik, menempati kursi paling depan di panggung kehormatan yang ditempatkan sebelah kiri agak ke depan dari panggung utama, untuk menikmati sajian nomer-nomer lagu dari Bang Haji.

Bau amis dan aroma keringat penumpang lainnya kupaksakan menjadi bau harum dari perempuan-perempuan yang biasanya tampil mengiringi lagu Bang Haji. Awalnya memang tidak berhasil dan agak mustahil kupikir. Namun setelah kucoba terus, akhirnya perlahan bau harum yang saya inginkan mulai terasa di indera penciuman. Suara berisik para penumpang menambah kesan ramai dari membludaknya penonton. Nyatalah kini aku sedang menikmati sebuah konser, bukan lagi sedang berdiri di dalam mobil.

Tak berapa lama kemudian seseorang menjawil pinggangku dan mempersilakan tempat duduknya untukku. “Aku la nak turun, Dik.” Kata pria tua berkacamata itu kepadaku. Syukurlah, akhirnya aku dapat tenpat duduk. Setelah merasa nyaman duduk, aku pun mencoba menghadirkan kembali suasana konser Soneta di ruang hayalku. Mata kupejamkan, dalam hati berkata bahwa sku harus mempertahankan situasi ini hingga mobil bus ini berhenti di Palembang. namun, baru menikmati dua buah lagu, Bang Haji sudah tidak terdengar lagi suaranya. Aku tidur, tidurlah aku. Sukses mengindar dari segala aroma dan sukses tidur! Selamat hingga ke Palembang.

Begitu hendak turun, sandal sebelah kanan ku tamasya entah kemana. Kususuri bawah kursi dari depan hingga ke belakang, tidak ada. Artinya sandalku hilang. Ini adalah yang ke sekian kali aku kehilangan sandal serupa, semerek pula. Sejak kejadian itu aku pun bersumpah tidak akan membeli sandal dengan merek yang sama. Selain agak mahal, juga gampang hilang.

Perhatian; jagalah sandalmu selagi mampu, apalagi di dalam bus yang penuh sesak dan berbau. (Maret 2010)
Gambar:  nadiamarinasw.blogspot.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR