MANDIRI 2012 (Menawar Rencana Allah)




Saya sudah punya istri menapaki tahun 2012. Meski demikian, tak ada persiapan khusus untuk memulai hari-hari di tahun ini. Baik ketika penyambutan maupun setelah jatuh tanggal 01. Saya dan istri sepakat untuk tidak terlibat di hiruk-pikuk terompet, kembang api, dan petasan pesta tahun baru. Kami lebih memilih untuk biasa-biasa saja. Meskipun malam tahun baru kami lalui di rumah sahabat saya dengan membakar jagung. Tapi itu kami lakukan sekadar untuk menghormati undangan lisan yang sudah berkali-kali disampaikan kepada kami. Bukan untuk menyambut tahun baru seperti halnya kebanyakan orang lakukan.
Saya sendiri hanya memiliki niat yang sudah lama terpendam untuk ‘menahan diri tidak bekerja dengan orang’. Maksudnya bukan lantas saya ingin bekerja dengan selain orang, hewan atau tumbuh-tumbuhan misalnya. Bukan, bukan itu maksud saya.

Dalam sejarah kehidupan saya. Sudah lebih dai 10 tahun saya ‘dipekerjakan’ orang. Dan dalam kurun waktu 10 tahun itu, saya juga yakin sudah banyak pengalaman dan ilmu yang saya dapat. Meskipun masih banyak lagi ilmu yang belum saya dapat. Tapi kalau sekadar untuk memulai usaha, jelas sudah cukup.
Mandiri, mandiri, dan mandiri. Itulah kata yang selalu saya dengungkan dalam hati dan pikiran. Saya tidak ingin bergantung pada gaji. Saya ingin menggaji diri saya sendiri. Syukur-syukur bisa menggaji orang lain. Barangkali terdengar terlalu berlebihan, tetapi sebenarnya sama sekali tidak.
Saya sudah lulus S2, meskipun bukan sarjana ekonomi dan sama sekali tidak pernah tahu teori-teori manajemen. Namun setidaknya, karena sudah pernah mengenyam pendidikan hingga S2, langkah dan pola pikir saya sedikit lebih berkembang ketimbang ketika belum S2. Cara berkomunikasi pun lebih baik. Soal manajerial, saya pikir bisa saya dapatkan sembari berjalan. Learning by doing, begitu istilahnya. Ditambah pengalaman saya di media yang tidak sebentar. Tentu sudah banyak ilmu-ilmu yang bisa saya rekam. Catatan sejarah itu yang membuat saya terdorong  untuk mandiri.
Secara langsung, keinginan saya itu memang belum pernah kuutarakan dengan istri. Jika pun nanti  saya sampaikan, istri saya bakal setuju. Tentu saja sebelumnya, ia pasti minta penjelasan.
Lantas, apa yang ingin saya lakukan? Abaikan saja saya sarjana S2 atau bukan. Saya ingin berjualan , membuka usaha jasa konveksi dan menawarkan kerjasama pembuatan media komunikasi internal bagi kantor pemerintahan maupun swasta.
Saya ingin jualan pulsa, dengan atau tanpa kios. Selama orang masih menggunakan hand phone, selama itu pula ia akan butuh pulsa. Saya sangat tahu, sudah ratusan atau bahkan ribuan orang melakukannya. Tapi saya juga tahu, lebih banyak, bahkan berlipat-lipat lagi orang yang tidak berjualan pulsa. Artinya, sesempit apapun peluangnya, harus kita ambil. Selama masih ada usaha, yakinlah Allah akan membukakan pintu rezeki-Nya.
Jasa konveksi, utamanya adalah pembuatan kaos olahraga. Bisnis yang satu ini juga sudah banyak ‘pemainnya’, sudah banyak saingan. Tapi bagi saya itu adalah modal, pesaing adalah modal untuk mengembangkan kreativitas dan kualitas layanan. Kalau tak ada pesaing, kita akan merasa ‘paling’. Waspadalah, perasaan ‘paling’ itu yang membuat kita stagnan, mandeg, jumud dan tidak kreatif. Padahal di dalam Alqur’an Allah selalu menantang manusia untuk kreatif. Berapa banyak ayat yang bisa kita kutip untuk menegaskan tantangan itu yang intinya ‘gunakanlah pikiranmu’. Hardware nya berupa otak sudah dikasih gratis oleh Allah. Software nya adalah akal, gelombang cahaya kreatif dari Allah dan ini perlu diusahakan dengan belajar, mengolah pikir, mengolah informasi, mengolah data dan berdo’a.
Dalam bisnis ini intinya adalah kreatif. Menciptakan produk-produk yang anomali, tidak lazim dan berbeda. Dalam dunia ekonomi bisnis, kalau tak salah istilahnya dikenal dengan teori differensiasi produc. Jasa konveksi ini ingin saya jajaki, sebab sahabat dan saudara-saudara saya banyak yang bekecimpung di sekolahan sebagai guru maupun sebagai tenaga administrasi. Posisi mereka ini dalam kacamata saya menguntungkan. Mereka tak perlu memesan dengan orang lain jika ada sahabat dan saudara yang mereka kenal bisa menanganinya. Dari kacamata mereka, komunikasinya jelas bisa lebih gampang. Kalaupun mau dimarahi, lebih enak memarahinya serta kemudahan lainnya. 
Membuat media komunikasi internal, atau istilahnya in house magazine ini sudah saya lakukan tiga tahun semasa menjadi mahasiswa program pascasarjana. Untuk usaha yang satu ini memang butuh energi, tenaga dan pemikiran yang ekstra. Selain bagus dalam proposal juga harus lihai mengemas rubrik-rubrik yang bakal ditawarkan. Tidak hanya butuh skill yang mumpuni dalam tulisan, tapi juga andal di lapangan. Saya berniat menggunakan CV Tavern Artwork untuk usaha ini. Tavern Artwork adalah badan usaha yang selama tiga tahun ini saya bernaung padanya. Soal ini sudah saya utarakan jauh-jauh hari dengan ownernya, dan beliau sangat sepakat bahkan bersedia membantu material maupun spiritual. Artinya, yang ada di tangan saya nantinya adalah kantor cabang. Otomatis saya bakal jadi kepala cabang. Tapi saya lebih suka menggunakan istilah Branch Manager, setuju atau tidak setuju.
Jangan Lupa Do’a
Do’a adalah metode dari Allah bagi manusia, yang fungsinya antara lain untuk menawar rencana-rencana besar Allah atas hidup manusia. Karenanya Allah juga meminta manusia untuk ‘menawar’ dan memang Allah menyukai orang-orang yang suka ‘menawar’.
Ud’uunii istajib lakum, berdoalah kepadaKu niscaya Aku kabulkan. Kita tidak bisa begitu saja melihat perintah ini secara linier. Allah mengabulkan do’a manusia dengan caraNya sendiri. Tetapi tidak jarang peng-kabul-an itu justru berbanding terbalik dengan harapan orang yang berdo’a. Kita minta diberi kemudahan materi, tetapi justru Allah mengabulkannya dengan cara menyusahkan kita dalam mencari materi. Dalam pada itu, sebenarnya Allah sedang mempersiapkan kita untuk benar-benar siap lahir batin menerima beban sebagai orang kaya. Kita bisa mengambil analogi dengan contoh-contoh yang lain. Baik di mata manusia belum tentu di mata Allah, begitu juga sebaliknya. Itu kata kiai, namanya ilmu hikmah. Kita musti pandai-pandai menemukan hikmah. Para ulama bilang, hikmah adalah mutiara kehidupan. Karena ia adalah mutiara, maka tidak gampang manusia menemukannya.
Saya selalu berdo’a agar bisa mewujudkan harapan untuk mandiri. Semoga Allah mengabulkan do’a saya itu sesuai dengan harapan saya. Jika pun tidak, tentu saja terserah Allah. Toh memang dunia dan segala yang ada di sekelilingnya punya Allah 100%. Jadi yang terserah-serah Allah lah.
Allah Ya Karim, biarpun saya bersikap begitu, tapi mbok ya sampeyan jangan begitu-begitu amat. Saya sudah menerima amanahMu, titipanMu berupa istri. Sudah saya gauli dengan baik, saya bangun kebersamaan dengannya dalam koridor cinta-Mu dan syariat-Mu. Masak sekadar menjadikanku sebagai seorang yang mandiri saja Engkau tak mau. Pliss, dong ya?
Saiful Anwar, Bukit Merapin. Awal tahun 2012

Komentar

  1. smga awal thun bisa mmberi karunia yg diingkan oleh umatnya yg berusaha untuk menapak jlan yg dberikan olehMU..
    akan tetapi menapak hruslah di by design dan by utilization ....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR