Harap Disiram



Kamar kecil, toilet, WC atau apa pun namanya, tidak hanya berfungsi sebagai kamar pribadi memenuhi panggilan jiwa semisal pipis dan ee’. Tapi ternyata fungsinya lebih dari yang pernah kita tahu. Toilet juga merupakan kamar pribadi untuk mengguratkan isi jiwa dan kepenatan isi kepala. Saya tidak sedang mengada-ada, dalam hal ini saya yakin anda tidak akan kesulitan mencari buktinya, terlebih zaman sekarang. Sebab setiap bangunan memiliki kamar pribadi ini, sekolah, kampus, hotel, kos-kosan, rumah-rumah di kota dan juga rumah-rumah di desa, hampir seluruhnya memiliki ruangan khusus ini. Meski masih saja sering kita lihat ada yang suka pipis di pojok ruangan atau pinggiran jalan, itu bukan berarti rumah mereka tidak memiliki toilet. 


Coretan-coretan pada dinding toilet akan banyak kita temui, terutama di toilet dalam kereta, rumah makan atau terminal. Hal tersebut adalah salah satu bukti bahwa ternyata orang-orang yang masuk ke dalamnya, merasa seperti menemui kebebasan. Sebab pasti akan dimarah oleh petugas kereta, petugas terminal maupun empunya rumah makan jika dilakukan di luar, semisal pada dinding rumah makan. Meski demikian, jangan kemudian menyangka saya pernah atau sering melakukannya. Dimarah atau tidak, Insya Allah, mudah-mudahan  saya tidak akan melakukannya. Selain tidak sempat, saya juga tidak mau toilet saya diperlakukan demikian. Tapi, saya kira keliru jika lantas kita beranalisa ternyata ruangan seperti toilet akan membuat orang merasa kerasan.

Umumnya coretan-coretan pada dinding toilet, tema utamanya adalah cinta, rindu, persahabatan, dengan beragam bahasa. Nomer telepon, nama pacar atau pun nama asal daerah si penulisnya, sebagai pertanda bahwa si penulisnya pernah mampir di tempat tersebut. Sepintas, coretan-coretan tersebut sangat mengganggu keindahan dinding toilet. Namun dari subyektivitas saya sebagai penikmat, coretan-coretan tersebut justru memberikan hiburan tersendiri atau saya anggap sebagai bonus kenikmatan, rekreasi pikiran gratis. Jika bersedia menikmatinya lebih seksama, cobalah kita lihat melalui sisi kaidah penulisan, atau dari sisi kekreativan penggunaan kata-katanya. Meski terkesan seadanya, artinya tanpa kaidah penulisan yang benar. Namun, cukup menghibur. Saya pernah iseng-iseng meng‘sms’ salah satu nomer telepon genggam yang tertera pada dinding toilet salah satu rumah makan. Hasilnya cukup menghibur, sebagai kawan ber’sms’ria sepanjang perjalanan.

Omong-omong soal coretan dinding toilet, saya ingin mengajak anda melihat dinding salah satu toilet saya punya kampus. Meski sudah tujuh bulan menghuni gedung pasca sarjana IAIN Raden Fatah. Namun saya baru memasukinya setelah sekian bulan menjadi mahasiswa. Letak toilet yang ingin saya tunjukkan itu berdekatan dengan ruang perpustakaan di lantai tiga. Kurang lebih seluruhnya ada enam toilet di sana, masing-masing lantai memiliki dua toilet. Itu juga berarti gedung pasca IAIN Raden Fatah dibangun hanya tiga lantai. Yang ingin saya tunjukkan bukan coretan, namun sebuah kertas peringatan yang ditempel ke dinding toilet. Tulisannya seperti ini,  Habis buang air harap di siram. Dengan ‘di’ yang tidak tersambung atau tidak merapat dengan kata ‘siram’. Sepintas, tulisan itu memang benar dan berhasil mengirimkan pesan yang ingin disampaikan. Namun dari kacamata kaidah bahasa yang saya pahami, kata ‘di’ yang tidak merapat pada kata di depannya menunjukkan pengertian tempat. Sedangkan kata ‘di’ yang letaknya merapat dengan kata di depannya menunjukkan sebuah awalan kata kerja pasif. Jadi, tulisan di dinding toilet itu menunjukkan bahwa ‘siram’ adalah sebuah tempat untuk buang air.

Saya tidak tahu siapa penulisnya, namun memberi kesan bahwa lembaga pendidikan setinggi ini pun masih belum mampu membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Tidak membawa kesan bahwa di dalamnya terdapat banyak ‘orang pintar dan cerdik pandai’. Beruntung, tidak ada tamu yang sedang rekreasi bahasa.
Secara keseluruhan memang sama sekali tidak mengurangi kualitas, namun cukup memalukan. Ini perlu saya katakan sebagai bentuk kecintaan saya kepada kampus. 

Sekali lagi, kamar kecil, toilet, WC atau apa pun namanya juga memberikan kita informasi ilmiah. Minimal kita bisa belajar kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang kita junjung sebagai bahasa persatuan dengan baik dan benar. Dengan catatan jika mau meluangkan sedikit waktu untuk merekreasian pikiran. (Kampus, 2009)

Komentar

  1. Anonim8:17 PM

    Numpang tanya.. kalau sekaput tuh artinya apa ya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR