Tahun Perjuangan


Tahun 2010 ini saya mulai dengan kekalutan dan kecemasan tingkat tinggi. Kekalutan dan kecemasan yang saya alami tersebut berangkat dari ketertinggalan saya oleh teman-teman sekelas yang proposal tesisnya sudah disetujui. Sementara, proposal tesis saya masih ngalor ngidul ndak karu-karuan. Alasan berikutnya adalah, calon mertua saya mengijinkan anaknya saya nikahi, asal kuliah saya selesai. Barangkali alasan kedua inilah yang lebih membuat kalut dan cemas hati saya.


Memang tak seperti malam tahun baru yang sudah-sudah. Malam pergantian tahun kali ini, saya tidak memilih untuk nglingker di kamar. Saya bersama beberapa sahabat sempat berkumpul bercengkerama sembari bakar jagung muda di rumah yang disewa salah satu sahabat saya. Di tengah asyiknya bercengkerama, tiba-tiba saja saya terkenang pasal tesis saya yang masih ngalor-ngidul ndak karu-karuan itu. Seketika, keasyikan itu sirna begitu saja. Meski demikian, demi arti penting sebuah persahabatan, saya masih bertahan dan berharap kembalinya semangat keasyikan itu. Namun pada akhirnya saya harus benar-benar menyerah, dengan setengah memaksa saya pamitan pulang ke kos, sebab sudah saya tunggu beberapa jam, ternyata kecemasan hati saya tak juga mereda. Tidur adalah metode andalan saya untuk meredakan segala kecemasan, perasaan terjepit dan bahkan untuk sejenak melupakan hutang. Itulah yang saya lakukan sesampai di kos.

***

Beberapa hari yang lalu saya menghadap atau tepatnya menemui Pak Amir Rusydi, ketua Program studi jurusan Ilmu Pendidikan Islam. Sebelumnya saya sudah mendengar cerita dari sahabat-sahabat di kampus, bahwa katanya tidak mudah menemui Pak Amir. “Tiap sebentar ke luar kota, tiap sebentar ke luar negeri,” kata sahabat saya. Beruntung sekali, hari itu saya bisa langsung bertemu dengan beliau di ruangannya di lantai dua. Tidak mau sia-sia, dengan penuh semangat, saya sampaikan kegelisahan hati saya seputar tesis ini.

“Begini lho Pak. Di antara teman-teman yang lain, proposal tesis yang sudah saya buat tempo hari belum disetujui. Saya pengin mengganti tema penelitian saya, Pak” kata saya. Sementara saya bertanya seperti itu, beliau malah mesam-mesem. Bikin hati saya tambah cemas.

Beruntung beliau lekas membaca kecemasan hati saya itu, lantas bilang kepada saya bahwa tesis yang baik adalah tesis yang selesai artinya tidak bingung sendiri. Meski tema yang diambil tersebut menarik atau bahkan sangat menarik tapi kalau tidak visible atau tidak terjangkau mending cari tema sederhana tapi dikerjakan dengan sunguh-sungguh dan selesai.

“Bapak bisa kasih usul buat tesis saya, Pak,” saya langsung todong beliau.
“Lho, yang ingin mengerjakan tugas itu kan Anda. Mustinya selama tiga semester ini Anda belajar dan sekarang sudah bisa membaca dan memetakan masalah, kan begitu idealnya,” jawab beliau.

Saya paham, artinya beliau tidak mau kasih saya ikan. Bukan karena tidak mampu, saya yakin kalau mau, mudah saja beliau katakan “Masalahmu ini saja, atau angkatlah masalah ini, lebih menarik” dan lain sebagainya. Tapi beliau ingin saya berpikir mandiri dan tidak bersifat betina serta cengeng.

***

Saya bukan termasuk jenis manusia penganut Shio, saya tak peduli Shio, bahkan makna Shio sendiri saya pun tidak tahu persis. Awal tahun 2010 ini saya tidak memperhitungkan apa pun atau meraba-raba yang bakal terjadi melalui Shio atau metode sejenis lain semisal primbon terlebih kartu remi. Target utama saya adalah menyelesaikan kuliah saya di Pascasarjana IAIN Raden Fatah lantas menggenapkan iman saya yang separuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR