Maaf. Aku Melewatkanmu




Selarik pesan pendek singgah ke telepon genggam (Hp) saya, Minggu pagi 8 Maret 2009. “Hari ini Anda’ menikah di Hotel Citra. K dak dateng ok (kamu tidak datang ya)”. Sebenarnya tanpa sms itu pun saya sangat tahu. Sebab jauh hari sebelumnya, kedua mempelai pernah memberitahukannya kepada saya. Mempelai laki-laki bernama Rushanda, saya akrab memanggilnya Anda’. Ia adalah teman karib saya semasa kuliah. Lebih dari enam tahun lamanya ia menemani hari-hari saya, tidak hanya menjadi teman bahkan lebih dari saudara (sebutannya apa ya?). Tapi demi membayar ketidak hadiran saya dan juga demi mendapat sms itu, saya pun lantas berdo’a.....tidak perlu saya tulis juga kan do’a saya?
Saat sms itu singgah di Hp saya, saya sedang berada berseberangan pulau dengan Anda’. Ia berada di Bangka Belitung, sementara saya berada di Palembang. Ketidak hadiran saya tersebut bukan semata-mata karena jauh, tetapi ada banyak hal lain yang membuat saya tidak bisa hadir ke pesta pernikahan mereka. Di antaranya adalah pertama, jadwal kuliah saya padat sekali. Kedua, tugas kuliah yang juga menumpuk. Itu bikin kos-kosan saya seperti gudang kertas. Ketiga, yang ini alasan kuno nggak punya duit. Jatah bulanan saya tidak mencukupi ongkos untuk melakukan perjalanan pergi-pulang ke sana.
Saya ingat ketika kakaknya yang perempuan menikah beberapa tahun sebelumnya, ayahnya, Pak Rustam membuatkan satu karya gurindam yang dibacakan di depan para tamu undangan. Saat itu saya bertugas sebagai penjaga meja makan yang bila sewaktu-waktu nasi, sayur atau lauk-pauknya habis harus secepatnya diisi. Bagaimana isi gurindam tersebut, saya tidak ingat persis. Satu hal yang pasti saya ingat bahwa ayah Rushanda, adalah seorang purnawirawan Angkatan Darat dan juga sastrawan gurindam. Kalau tidak salah, gurindam-gurindam beliau pernah diapresiasi oleh koran mingguan Babel Ekspress.
Secara pribadi saya mengenal Pak Rustam Robain, itu bermula dari pertemanan saya dengan Rushanda. Dalam banyak kesempatan, dikatakan sering juga tidak, dikatakan tidak juga sering, saya berkunjung dan bahkan bermalam di rumah beliau. Pada kesempatan-kesempatan itulah saya mengenal karya-karya gurindam beliau yang masih diketik dengan mesin ketik manual di atas kertas folio, baik yang sudah menjadi satu dalam kumpulan maupun yang terserak dan tidak terkumpul menjadi satu. Sayang, tidak satupun judul gurindam-gurindam tersebut yang saya ingat, jadi saya tidak bisa memberikan informasi lebih banyak mengenai karya gurindamnya tersebut. Sepengetahuan saya, tidak banyak sastrawan yang mewarisi sastra Alihaji ini, terutama di Bangka Belitung. Selain beliau, saya hanya mengenal satu nama lagi, yakni Eko Maulana Ali yang sekarang menjadi Gubernur Babel.
Meski gurindam Pak Rustam pernah beberapa waktu menghiasi halaman Babel Ekspress, namun dalam beberapa kali penerbitan antologi sastra Bangka Belitung, yang pernah saya baca, saya tidak menemukan satu pun karyanya. Mungkin saja saya yang terlewat atau mungkin memang tidak terapresiasi (diapresiasi) oleh penggarap antologi tersebut. Cukup mengherankan, karena dalam bayangan saya yang namanya antologi sastra adalah kumpulan karya-karya sastra termasuklah di dalamnya sastra gurindam. Tapi sudahlah, mudah-mudahan itu murni kekurangan informasi saya saja, kurang rajin membaca dan bertanya. Sebab saya yakin, gurindam termasuk karya sastra yang harus dilestraikan karena yang memiliki kapasitas sedang-sedang saja maupun yang baik, jumlahnya tidak sebanyak karya sastra lainnya, semisal puisi, cerpen dan karya sastra lainnya. Jadi, mudah-mudahan ketika saya membaca antologi sastra Bangka Belitung lainnya yang mungkin akan diterbitkan lagi, saya bisa lebih teliti lagi. Alasan yang saya kira cukup logis, sebab Bangka Belitung memiliki orang yang mewarisi kelihaian sastra Alihaji, sementara di daerah lain belum tentu punya.
Terakhir, tuisan ini sebenarnya saya maksudkan sebagai sebuah tebusan atas ketidakhadiran saya pada pernikahan teman saya Rushanda, yang tak lain adalah putra bungsu Pak Rustam. Meskipun saya juga tidak yakin ini akan mampu menggantikan kehadiran saya. Maaf, saya melewatkan hari berbahagia Anda. Semoga ketidak hadiran saya ini, tidak dipahami sebagai berkurangnya kadar persahabatan kita. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kalian sampai anak cucu. Amin... '09
gambar (http://waturklik.files.wordpress.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR