Tabuh Rebana Gaungkan Budaya



Pada banyak kesempatan, terutama pada acara pernikahan, aqiqah, syukuran dan acara-acara keagamaan lainnya. Seni Dzikir menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan rangkaian acara yang digelar masyarakat Empat Lawang.
Seni Dzikir dalam pengertian masyarakat Empat Lawang adalah seni melagukan syair-syair shalawat yang diiringi dengan tabuhan rebana dan tarian rodat. Dzikir, serupa dengan seni Hadrah, yakni seni Melayu yang kental dengan nuansa ajaran Islam. Syair-syair yang dilagukan berisi puji-pujian terhadap Nabi Muhammad.
Bagian penting seni dzikir ini terdiri dari rebana, syair zdikir, tarian rodat dan kalimat-kalimat pantun bijak. Salah satu perkumpulan yang tetap melestraikan seni dzikir ini adalah Goup Dzikir Taruna. Group Dzikir Taruna sebenarnya telah ada dan eksis secara turun temurun di Desa Nanjungan Kecamatan Pendopo Kabupaten Empat Lawang. Hanya saja mungkin dahulunya bukan bernama ‘Taruna’. “ Kami tinggal meneruskannya saja,” kata Sanusi, ketua Group Dzikir Taruna
Group Dzikir Taruna terdiri atas 25 personil, dengan penabuh rebana 8 orang serta personil lainnya sebagai penari rodat. Selain memainkan rebana, para penabuh juga menyenandungkan syair dzikir. Sementara, selain menari, para penari rodat juga menyenandungkan syair dzikir. Manakala rebana belum ditabuh, maka penabuh rebana yang menyenandungkan syair dzikir. Namun manakala rebana ditabuh, para penari menyenandungkannya sembari melakukan gerakan tari rodat.
Sanusi menjelaskan bahwa ada beberapa jenis irama memainkan rebana. “ Untuk pembukaan namanya irama Siamang Jauh. Ada juga irama lain seperti Hiwar dan irama rebana lainnya,” katanya. Demikian halnya dengan tarian rodat. Gerakan-gerakan tari yang dibawakan oleh penari, merupakan visualisasi gerakan pekerjaan sehari-hari masyarakat pedesaan yang umumnya berprofesi sebagi petani. “ Ada gerakan menanam padi, nugal sawah dan gerakan khas pekerjaan tani pada umumnya,” terangnya. Penari rodat akan memainkan gerakan pencak Kuntau, manakala tengah mengiringi jalan pengantin. “ Itu jika kita mentas pada acara pernikahan,” katanya. Di sela-sela senandung syair dzikir, juga disenandungkan pantun-pantun bijak yang sebelum acara pementasan telah mereka persiapkan, “ Pantun-pantun tersebut kita karang sendiri dan disesuaikan dengan tema acara yang akan berlangsung,” Ujar Edison, yang dipercaya menjadi wakil ketua.
Sadar akan posisinya sebagai sebuah group seni tradisi yang berakar dari tradisi melayu, yang sangat mungkin akan diakui oleh lain daerah atau bahkan lain negara. Maka saat ini, selain terus berlatih, para pengurus dan seluruh personilnya juga mendidik generasi mudanya untuk memainkan seni dzikir. “ Ibaratnya, program kaderisasi lah,” kata Edison. “ Juga agar nantinya seni ini tidak punah dan diakui sebagi hak milik oleh orang lain,” lanjutnya. Jadwal rutin latihan seni dzikir ini satu kali dalam seminggu, dengan bergiliran dari satu rumah personil ke rumah personil lainnya. Selain untuk terus mengasah kemampuan, juga dikatakan Sanusi dapat memperkuat silaturahmi antar personil.
Disinggung mengenai perhatian pemerintah, khususnya Pemda Empat Lawang, Sanusi mengatakan bahwa selama ini perhatian pemerintah cukup besar. Terbukti group seni dzikir yang ia pimpin selalu diikutsertakan dalam berbagai event-event daerah. “ Secara keseluruhan mungkin belum. Tapi sudah cukup bagus, hanya saja memang perlu juga group-group seni dzikir dari desa lain diikutsertakan agar seni ini semakin terangkat,” harapnya. Lebih lanjut ia mengatkan bahwa kendala utama yang dirasakan dalam membesarkan seni dzikir ini adalah soal dana. “ Maklumlah,” katanya setengah tertawa, lantas juga diiringi tawa personil lainnya.(anu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR