Waktulah yang Akan Mengungkap Semuanya



Tanah Besemah selama ini dikenal menyimpan kebudayaan masa lampau yang memiliki nilai sejarah yang tak ternilai. Peninggalan budaya megalithikum atau zaman batu besar masih menyimpan misteri tersendiri yang belum sepenuhnya bisa diungkap.
Hingga hati ini bukti-bukti adanya sebuah peradaban di daerah Pagaralam terus bermunculan. Bentuknya pun beragam mulai dari lukisan di dinding gua, pahatan patung berukuran besar, kubur batu, batu bertulis, kapak batu, meja batu, dan lain sebagainya.
Di Pagaralam juga dapat ditemukan berbagai lukisan di dinding batu, selain arca-arca batu besar. Lukisan kubur batu di Tegurwangi, Pagaralam, menggambarkan binatang yang lidahnya terjulur dengan mata berbentuk bulat. Selain itu juga ditemukan lukisan tokoh wanita dengan buah dada yang menonjol. Lukisan tersebut juga sudah berwarna, di antaranya warna merah, putih, kuning, dan hitam. Di tengah aeral persawahan di Tegurwangi juga dapat ditemukan batu manusia dililit ular.
Sementara itu di Desa Tegurwangi Lama ada pahatan pada batu yang disebut oleh penduduk sekitar sebagai Batu Selayar. Pahatan di batu ini berupa tokoh manusia dengan badan yang digambarkan tegap dengan bagian-bagian tubuh yang serba besar. Menurut para ahli arkeologi, sebagian pahatan mungkin merupakan simbol-simbol kosmik. Simbol- simbol ini dibuat oleh manusia di zaman itu sebagai media untuk mempertemuan antara dunia atas dengan dunia bawah. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut yang beredar di kalangan masyarakat Besemah yang didapat dari orang tua mereka bahwa dulunya sebagian arca dan batu yang ada di daerah mereka digunakan untuk memuja arwah nenek moyang mereka.
Jika diperhatikan lebih jauh, peninggalan batuan megalit yang ada di Tanah Besemah bersifat dinamis. Jika di daerah lainnya, model arca atau pahatan batu yang ditemukan biasanya hanya diam, gerakan yang ditampilkan biasanya adalah kegiatan ritual atau semedi maka lain halnya dengan batuan megalit di daerah Besemah yang juga menggambarkan aktivitas sehari-hari seperti kegiatan berburu, manusia berkelahi dengan hewan, manusia yang sedang mengendarai hewan, atau pun seorang ibu yang sedang menggendong anak yang baru ditemukan oleh warga bernama Iwan di sawah seluas satu hektar miliknya.
Batu megalit ibu mengendong anak tersebut ditemukan Iwan saat membersihkan tanah miliknya yang akan ditanami di Gunung Agung, Dempo Utara, Kota Pagaralam. Kondisi batu dengan tinggi kurang lebih dua meter dengan diameter satu meter tersebut tak utuh lagi. Bagian kepala sang ibu dan anak telah terpotong. Kepala sang anak ada di sebelah kiri kaki sang ibu sementara kepala si ibu tergeletak sekitar tiga meter dari batu megalit tersebut.
Bentuk kepalanya tak jauh berbeda dengan kebanyakan batu yang telah ditemukan yakni, berbentuk bulat dengan mata yang juga bulat, hidung dan mulutnya lebar. Struktur tubuhnya juga besar. Ciri lain yang nampak ialah si ibu menggenakan tiga buah gelang di kedua kakinya.
Mengenai batu tersebut, cerita yang ada di masyarakat bahwa dahulunya daerah tersebut kerap digunakan oleh kaum ibu untuk berjumpa dengan suami mereka sepulang dari perang. Patung yang ada ialah perwujudan dari seorang ibu dan anaknya yang masih berharap suaminya segera pulang dari perang, padahal semua orang mengetahui bahwa suaminya telah gugur.
Begitulah, sampai saat ini masih cukup banyak peninggalan sejarah peradaban Besemah yang belum dapat diungkap, seperti di daerah Rimba Candi dan Bukit Raje Mandare. Di masa kini, selain sebagai obyek wisata sejarah dan budaya, berbagai peninggalan yang ada kerap kali menjadi objek penelitian yang tetap menarik bagi sejumlah ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun demikian, masih banyak hal yang tetap menjadi misteri hingga kini. Biarlah waktu yang akan mengungkap semuanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Berhaji dengan Bambang

Panorama Alami Air Terjun Perigi

JEJAK PENYAIR